Selasa, 14 Desember 2010

Ada yang beda...?


Sudah setahun lebih saya berada di wilayah Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Tenggara. Dalam kurun waktu tersebut banyak hal-hal yang saya anggap berbeda dengan keadaan di kota-kota besar, Terutama dalam hal penegakan hukum di lalulintas, etika berkendara, sampai pelanggaran-pelanggaran yang dirasa wajar(nah kok bisa) untuk catatan, saya sempat tinggal di dua Kabupaten, Kolaka dan Bombana.

Saya sampai berpikir apa cuma di daerah kota/kabupaten saja yang modelnya kayak gini ya? Tapi ternyata di Kota besar pun ada juga yang kejadiannya sama di daerah kota/kabupaten yang jauh dari yang namanya kemacetan apalagi traffic light (di tempat saya sekarang daerahnya ga ada lampu merahnya ) hehehe...
Tapi di Ibukota Sulawesi Tenggara (Kendari) sendiri penerapan hukum lalulintas tergolong lumayan bagus, dan lebih tegas, jauh berbeda dengan Kabupaten-Kabupaten yang ada di bawah Kota Kendari .

Parahnya lagi, bukan cuma masyarakat awam saja yang melakukan pelanggaran, tapi dari petugas yang seharusnya jadi contoh justru ikut-ikutan melanggar.. tapiii giliran kita yang melanggar..otomatis...Priiiiiit !!

Contohnya ya...yang masih kurang diperhatikan oleh Pak Petugas dalam melaksanakan ketertiban lalulintas
dan dianggap biasa oleh para masyarakat pengguna jalan di sini (gambar sementara ilustrasi doank, ntar diupload deh pic hasil jepretan di TKP)

1. Merubah warna kendaraan bermotor (Alasannya tidak pernah ditilang)



   
2. Memakai Knalpot Racing (Soalnya belum ada razia)



3. Hanya memakai satu spion (ada yang bilang kalo pake spion, motor jadi jelek, ada yang bilang sudah lama tidak dilarang)



4. Plat Nomor kendaraan tidak ada (Katanya biar Racing Look)


6. Anak sekolah bebas mengendarai motor tanpa SIM ( dari usia SD sampai SMA ) soale blum ada angkot.

7. Berbelok seenaknya tanpa lampu sein (kadang lampu sein kedip kanan tapi malah motornya ke kiri dulu   
    baru ke kanan...lhaaa)


 8. Tidak ada lampu depan dan rem/lampu belakang (Lagi-lagi biar kayak motoGP katanya)


 
9. Ngebut walau ada tanda dilarang melewati kecepatan 30km/jam di daerah rawan penduduk (Ga ngerti rambu deh kayaknya)




10. Pakai Plat nomor tumbuk/bukan yang asli (Ehem...pake juga sih..)

Nah untuk yang terakhir saya akui deh,  ikut pakai yang buatan abang2 pinggir jalan (berhubung yang asli hilang alias copot ) dan sempat juga kena tilang dan kata petugas waktu itu "Tidak boleh Pak pakai Plat bikinan, harus yang asli"...Ooo gitu tho... Tapiiiii....saya sempat main ke salah satu bengkel dekat rumah, dan disitu terima buat bikin plat.
Sempat saya ngobrol sebentar tentang peraturan Plat nomor, si pemilik bengkel sempat berujar "Jangan mau di tilang Mas, soalnya polisinya aja sering kesini bikin plat juga" ...weleh...!!!!

 O iya, untuk Traffic light di Kolaka dapat dihitung dengan jari, sedangkan di Bombana...hmmm,belum ada ...Pos polisi lalulintasnya pun cuma satu, dan jauh dari pusat kota. Jadi wajar masyarakat Bombana adem anyem saja soal langgar-melanggar peraturan. Untuk Kolaka sendiri hampir disetiap traffic light sudah ada petugas Lantas yang berjaga.

Pernah saya baca sebuah post di sebuah blog lain, katanya..."apakah peraturan Lalin di setiap kota berbeda atau peraturan lalin itu untuk seluruh indonesia?"

Jadi apakah ada yang Beda..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar